Friday, 27 November 2015

Tugas Ke 4 Review Buku


Tugas ke 4
Buku pertama
Rantau 1 Muara
 rantau1muara
Penulis: Ahmad Fuadi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-9473-6
Tebal: 407 hlm
Dimensi: 20 cm
Tahun terbit: 2013
Cetakan: Kedua, Juni 2013
Genre: Fiksi Motivasi, Fiksi Pendidikan
   Apa sebenarnya yang kita cari dalam hidup ini? Kebahagiaan? Impian? Kenyamanan? Bahkan, saat kita telah meraih sebagian besar harapan kita, pertanyaan itu kerap membayangi diri kita sampai kita benar-benar tahu dan yakin apa sebenarnya tujuan dan makna hidup kita.
                Pemaknaan terhadap tujuan hidup ini digoreskan lewat sosok Alif dengan sangat indah dalam  Rantau 1 Muara , novel ketiga dari trilogi  Negeri 5 Menara  karya Ahmad Fuadi. Para penikmat  Negeri 5 Menara  tentu cukup familiar dengan sosok Alif. Ia telah melewati banyak pengalaman mengejutkan sebagai representasi dari pepatah arab  man jadda wajada . Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. 
               Alif sudah menjalani hampir separuh dunia. Ia diwisuda dengan nilai terbaik. Soal biaya hidup, Alif masih bisa bernapas lega. Di saat teman-temannya masih menjadi pengangguran, tulisan Alif banyak tersebar di berbagai media. Honornya masih lebih dari cukup untuk menghidupi dirinya dan Amak beserta adik-adiknya di kampung. Meskipun begitu, ia tetap mencari kerja. Alif ingat pesan Kiai Rais,
               Jangan gampang terbuai dengan keamanan dan kemapanan. Hidup itu kadang perlu beradu, bergejolak, bergesekan. Dari gesekan dan kesulitanlah, sebuah pribadi akan terbentuk matang. Banyak profesi di luar sana, usahakanlah untuk memilih yang paling mendewasakan dan paling bermanfaat buat sesama. Lalu kalau kalian nanti sudah bekerja, jangan puas jadi pegawai selamanya, tapi punyailah pegawai. (halaman 12).
               Keyakinan dirinya ternyata kurang tepat. Alif lulus di saat Indonesia mengalami krisis moneter. Ada banyak perusahaan yang mengencangkan ikat pinggang agar mampu bertahan di tengah badai ekonomi. Dari sekian banyak surat lamaran yang dikirimkan Alif, tak satu pun balasan bernada gembira. Semua menolak Alif. Kebutuhan hidup yang terus berteriak dan kondisi keuangan yang sudah habis akhirnya membuat Alif terlibat utang. Di saat genting seperti itu, datang berita gembira. Alif diterima di sebuah media bernama Derap, salah satu media paling independen dan idealis di negeri ini.
               Ia begitu menikmati pekerjaan menjadi jurnalis di Derap. Hingga suatu ketika, ia merasa ragu apakah jalan yang ia tempuh ini adalah jalannya. Di sinilah ia bertemu Dinara, seorang gadis yang membuatnya luluh dan jatuh hati dengan segala keunikannya. Bagaimana kelanjutan hubungan mereka?
 Impiannya untuk melanjutkan S-2 di Amerika belum pupus. Ia mulai berburu beasiswa. Setiap malam, sehabis bekerja, ia belajar lebih giat dari orang-orang umumnya. Ia tidur lebih larut dari orang kebanyakan. Ia yakin, jika ia berusaha lebih keras, Allah akan melihat usahanya.
               Tuhan ini Maha Melihat siapa yang paling bekerja keras. Dan Dia adalah sebaik-baiknya penilai. Tidak akan pernah Dia menyia-nyiakan usaha manusia. Aku percaya setiap usaha akan dibalas-Nya dengan balasan sebaik-baiknya. (halaman 154) 
               Alif berhasil mendapatkan beasiswa Fulbright dan terbang ke Washington DC. Hidup di sana benar-benar sempurna baginya. Sampai terjadilah peristiwa itu. Tragedi 11 September 2001 telah meluluhlantakkan menara kembar WTC dan menyebabkan ia kehilangan orang yang ia sayang, kakak angkatnya. Alif terjebak dalam kesedihan yang panjang. Ia pun memutuskan untuk pulang ke tanah air. Tapi, menjelang waktu kepulangannya, lamarannya ke EBC di London yang sudah sangat lama ia ajukan ternyata diterima. Alif bimbang. Apakah ia harus pulang sekarang dan menolak semua tawaran pendapatan dan kenyamanan yang menggiurkan dari EBC? Impiannya yang berikutnya sudah di depan mata. Apa yang harus ia pilih? 
               Kisah perjalanan Alif dalam mengejar impian dan menemukan makna hidupnya ini cukup pantas untuk dinikmati. Novel ini adalah sebuah karya yang penuh energi positif bagi siapa pun yang sedang bimbang dalam mencari tempat berkarya, pendamping hidup, bahkan mencari tujuan hidup. Ada begitu banyak penuntut ilmu yang merantau jauh ke negeri orang, tapi tidak tahu untuk apa mereka melakukannya. Seperti halnya impian, yang semakin bertambah saat impian yang satu telah terwujud, apa esensi dari impian itu? Untuk siapa? Untuk apa? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang pantas kita ajukan pada diri kita sendiri.
               Lewat Rantau 1 Muara, kita yang muslim juga diingatkan tentang euforia masa lalu. Betul memang, bahwa muslimlah yang mengawali peradaban ilmu pengetahuan. Betul juga bahwa muslim yang mengembangkan peradaban Yunani menjadi lebih membumi. Tapi pertanyaan yang lebih pentingnya adalah, Apa yang diberikan muslim kepada peradaban dunia saat ini? Ini tentu bisa menjadi bahan perenungan bagi kita semua agar lebih produktif lagi. Jangan terjebak dengan kejayaan masa lampau hingga kita terlena dan lupa untuk membangun peradaban yang lebih baik di masa kini.
               Novel ini berisi banyak sekali informasi, mulai dari tempat-tempat istimewa, cara bekerja media dan jurnalis, prinsip hidup, hingga beasiswa bergengsi, yang disuguhkan Ahmad Fuadi dengan cara apik, natural dan sangat detil. Gaya berceritanya juga mengalir dan enak dinikmati. Sayang rasanya bila dilewatkan tanpa mencatatnya. Selain itu, kita juga bisa mengikuti perjalanan Alif di New York dan Washington DC lewat peta yang disediakan di sampul depan dan belakang buku. Bagi saya, buku ini lumayan berbobot. Selain menambah wawasan umum, Rantau 1 Muara juga membuka kembali cara kita memandang hidup ini; tentang makna keberadaan diri kita di muka bumi dan tentang kemanfaatan.
               Man saara ala darbi washala. Siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan.
Muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba, tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat. Hidup adalah pengabdian. Dan kebermanfaatan. (halaman 395) 
               Saat selesai membacanya, saya lalu membaca informasi singkat tentang penulis. Ternyata, kisah perjalanan Alif ini sangat mirip dengan perjalanan hidup penulis. Intinya, bukan biografi, tapi terinspirasi dari kehidupan nyata, termasuk soal profesinya yang sama dengan sang istri. Pantas saja informasi yang disuguhkan sangat detil dan memiliki kesamaan latar. Satu hal lagi, saking banyaknya tempat-tempat menarik yang saya temukan dan catat, saya memutuskan membuat halaman terpisah khusus untuk wisata buku Rantau 1 Muara.
 Beberapa catatan penting atau kalimat positif yang saya dapat:
Polymath adalah orang cerdas yang mampu menguasai beragam ilmu sekaligus. Contohnya Ibnu Rusyd dan Leonardo da Vinci. (halaman 40)
 Betapa hebatnya sebuah tulisan. Kekal, melewati batas umur, zaman, bahkan geografis. Melalui tulisan dan huruflah manusia belajar dan menitipkan ilmu kepada manusia lain. (halaman 41)
 Carilah pekerjaan yang kamu cintai dan kamu tidak akan pernah lagi bekerja satu hari pun sepanjang hayat Konfusius. (halaman 111)
 Man thalabal ula sahirul layali. Siapa yang ingin mendapatkan kemuliaan, bekerjalah sampai jauh malam pepatah Arab. (halaman 155)
 An nasu adau ma jahilu. Manusia itu musuh terhadap apa yang dia tidak tahu. (halaman 163)
Menurut US Freedom of Information Act, semua confidential documents dan surat-menyurat agen CIA, termasuk radiograms, ketika sudah berumur 30 tahun bisa dibuka kepada publik. (halaman 287)

Buku kedua
Filosofi Kopi
filosofi kopi
Judul: Filosofi Kopi, Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
Penulis: Dee
Penerbit: Truedee Books, GagasMedia
ISBN : 979-96257-3-4
Tebal: 134 hlm
Dimensi: 20,5 cm
Tahun terbit: 2006
Cetakan: Keempat, April 2006
Genre: Fiksi Cerpen
Rating: 3/5
  Filosofi Kopi  adalah buku kedua Dee yang saya baca setelah  Perahu Kertas . Dan seperti yang sudah saya duga sebelumnya, gaya Dee bertutur masih tetap indah dan mengalir. Sederhana. Ketika seorang Goenawan Mohamad berkata, Jika ada yang memikat pada Dee adalah cara dia bertutur: ia peka pada ritme kalimat. Kalimatnya berhenti atau terus bukan hanya karena isinya selesai atau belum, tapi karena pada momen yang tepat ia menyentuh, mengejutkan, membuat kita senyum, atau memesona, maka saya sangat setuju dengannya. Meskipun tak semua ide cerita di buku ini bisa saya sukai, tapi gaya Dee tetap saja nikmat, senikmat menyesap susu coklat di senja hari.
 Buku yang saya miliki ini adalah versi sampul lama yang masih berwarna hitam. Buku ini berisi 18 kumpulan cerita dan prosa Dee selama satu dekade tahun 1995 sampai 2005. Cerita yang paling saya suka sudah pasti adalah Filosofi Kopi yang berkisah tentang dua sahabat karib, Ben dan Jody, bersama suka dukanya mengelola kedai kopi yang unik. Tentu saja unik, sebab setiap pelanggan bisa menemukan dirinya sendiri di sana berdasarkan filosofi kopi yang mereka pesan. Itulah mengapa kedai mereka diberi nama Filosofi Kopi.  
 Ben adalah seorang barista andal yang sangat mencintai kopi. Ia bahkan berkeliling dunia untuk menyicipi kopi-kopi terenak yang pernah ada. Ia selalu senang mengajak pengunjung kedainya  ngobrol  seputar kopi, menunjukkan cara minum kopi yang nikmat, lalu dengan keajaiban kopinya, setiap pengunjung akan dibuat takjub setelah menyesap kopi-kopi mereka. Sedangkan Jody adalah pria dengan kemampuan manajerial dan akuntansi yang andal. Jadilah mereka dua sejoli yang saling melengkapi.
 Suatu hari, Ben merasa tertantang oleh tawaran seorang pengunjung kedainya untuk membuat kopi yang sempurna. Berhari-hari ia tak peduli akan banyak hal kecuali percobaan demi percobaan racikan kopinya. Dan suatu hari, perjuangannya itu terbayar. Ben Perfecto akhirnya lahir dan menjadi kopi paling enak di kedainya, bahkan di dunia seperti pengakuan Ben. Sukses adalah wujud kesempurnaan hidup, begitulah arti kopinya.
 Tapi tampaknya peribahasa, Di atas langit masih ada langit, itu berlaku pula pada kopi Ben. Ada kopi lain yang lebih enak dari Bens Perfecto. Namanya kopi Tiwus, yang diracik oleh seorang bapak di sebuah desa nun jauh dari Jakarta. Ben merasa kalah dan nyaris saja menutup kedai kopinya. Lalu apa yang terjadi kemudian? Tak ada yang sempurna di dunia ini.
kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisa pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan. Dan di sanalah kehebatan kopi tiwus memberikan sisi pahit yang membuatmu melangkah mundur, dan berpikir. (halaman 28) 
 Cerpen Rico de Coro juga unik dan asyik, sebab mengangkat tema ringan yang tak biasa tentang kehidupan kecoa dapur, yang kalau kita tilik lebih dalam akan memberikan multi makna bagi setiap pembacanya.  
 Selain cerita pendek, prosa Dee di buku ini hampir semuanya saya suka, tapi yang paling memberikan makna mendalam adalah prosa Salju Gurun dan Spasi. Pemaknaan Dee dalam setiap prakatanya selalu saja berhasil menyatu dengan indah, menyisakan pesona yang berbeda. Selalu.
  Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi? (halaman 97) 
 Selain dua cerita pendek tadi, cerita lainnya berkisar tentang cinta dua manusia. Meskipun masih dengan penuturan yang indah dan pemaknaan yang mendalam, namun tetap saja temanya kurang saya minati. Lain orang, lain pula minatnya. Tapi, cukup dengan satu cerpen Filosofi Kopi saja, maka buku ini benar-benar nikmat, hingga jika cerita-cerita lainnya tak diacuhkan pun, buku ini tetap nikmat. Membacanya membuat saya tergelitik penasaran, Adakah kedai kopi seperti itu di dunia nyata Indonesia? Jika ada, saya ingin sekali mengunjunginya.
  Filosofi Kopi  terbit pertama kali pada Februari 2006. Hingga tulisan ini dibuat, buku ini telah puluhan kali mengalami cetak ulang dengan sampul yang berbeda-beda. Dari penelusuran yang saya lakukan, setidaknya ada tiga versi sampul yang telah diterbitkan selain sampul hitam seperti yang saya miliki, dan ketiganya sama indahnya.
Setiap jenjang memiliki dunia sendiri, yang selalu dilupakan ketika umur bertambah tinggi. Tak bisa kembali ke kacamata yang sama bukan berarti kita lebih mengerti dari yang semula.(Jembatan Zaman halaman 68).
 Daftar Pustaka
Fuadi, Ahmad. 2013. Rantau 1 Muara. Gramedia Pustaka Utama
Dee. 2006. Filosofi Kopi. Gagas Media

Posted on by Samid | No comments

Friday, 30 October 2015

TUGAS REVIEW 3 JURNAL DENGAN TEMA JUST IN TIME UNTUK MATA KULIAH METODE PENELITIAN #

TUGAS REVIEW 3 JURNAL DENGAN TEMA JUST IN TIME
METODE PENELITIAN #

Disusun Oleh :
Nama                         : Dimas Dwi Aryadi
NPM                          : 32413488
Kelas                          : 3ID09
Mata Kuliah              : Metode Penelitian #
Dosen                        : Yahya Zulkarnain


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2015


I. Landasan Teori
1. Definisi Just In Time (JIT)
Menurut Hansen & Mowen (2001:591), Just In Time (JIT) merupakan suatu pendekatan manufaktur yang mempertahankan bahwa produk-produk harus ditarik dari seluruh sistem dengan adanya permintaan, dan bukannya mendorong seluruh sistem dengan skedul yang tetap untuk mengantisipasi permintaan.
Just In Time (JIT) merupakan sistem produksi yang komprehensif dan sistem manajemen persediaan dimana bahan baku dibeli dan diproduksi sebanyak yang dibutuhkan serta digunakan pada saat yang tepat dalam setiap proses produksi (Blocher, dkk., 2002:113; dalam Kuzatmono, 2008).
Just In Time (JIT) dapat berarti banyak hal yang berbeda-beda bagi masyarakat, baik masyarakat bisnis maupun masyarakat umum. Beberapa pihak menganggap Just In Time (JIT) adalah suatu pendekatan; bagi pihak lain JIT adalah suatu metodologi, atau suatu filosofi, atau suatu konsep atau suatu strategi (Schniederjans, 1993:4; dalam Soewarno, 2005).
Menurut (Agustina, dkk., 2007) secara garis besar Just In Time (JIT) ada dua macam, yaitu Just In Time Purchasing dan Just In Time Production. Menurut Gaspersz (2001:37; dalam Kuszatmono, 2008), Just In Time Purchasing adalah sistem pembelian barang dengan jumlah dan waktu yang tepat sehingga barang tersebut dapat segera diterima untuk memenuhi permintaan atau untuk digunakan. Sedangkan Just In Time Production adalah sistem produksi yang prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen.
2. Tujuan Just In Time (JIT)
Menurut Hansen & Mowen (2005:478), Just In Time (JIT) memiliki dua tujuan strategis, yaitu untuk meningkatkan laba dan untuk memperbaiki posisi bersaing perusahaan. Kedua tujuan ini dapat dicapai dengan mengendalikan biaya (yang memungkinkan persaingan harga yang lebih baik dan peningkatan laba), memperbaiki kinerja pengiriman dan meningkatkan kualitas.
Menurut Gaspersz (2001:23; dalam Kuszatmono, 2008) tujuan Just In Time (JIT) adalah “... untuk menghasilkan produk pada tingkat kualitas dan kuantitas yang prima, melalui cara yang paling efisien dan ekonomis, serta tepat waktu yaitu pada saat produk tersebut dibutuhkan oleh konsumen”.
3. Manfaat Just In Time (JIT)
Manfaat Just In Time (Indiscribd, 2009):
a) Berkurangnya persediaan – Biaya “berkurang”, investasi pada persediaan.
b) Meningkatnya pengendalian mutu – Pemasok lebih komit.
4. Prinsip Dasar Just In Time (JIT)
Untuk menghasilkan metode Just In Time (JIT) maka harus ada delapan prinsip yang harus dijadikan dasar pertimbangan di dalam menentukan sistem strategi produksi, yaitu (Jaelani, 2009):
a) Berproduksi sesuai dengan pesanan jadwal produksi induk
Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods tepat waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja, untuk itu proses produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari terjadinya stok serta untuk menekan biaya penyimpanan.
b) Produksi dalam jumlah kecil
Produksi dilakukan dalam jumlah lot (lot size) yang kecil untuk menghindari perencanaan dan jeda waktu yang kompleks seperti halnya dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena hal tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan pasar.
c) Mengurangi pemborosan (eliminate waste)
Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada. Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan untuk mencapai target produksi.6
d) Perbaikan aliran produk secara terus-menerus (continuous product flow improvement)
Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang tidak produktif yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.
e) Penyempurnaan kualitas produk (product quality perfection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect” dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa diidentifikasi dan dikoreksi sedini mungkin.
f) Respek terhadap semua orang / karyawan (respect to people)
Dengan metode Just In Time (JIT) dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.
g) Mengurangi segala bentuk ketidak-pastian
Persediaan yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi permintaan yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam perencanaan dan penjadwalan produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan ketidak-pastian harus bisa dieliminasi dan harus sudah dimasukkan dalam pertimbangan.
h) Perhatian dalam jangka panjang
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just In Time (JIT) dalam sistem produksi di atas bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka waktu pendek. Melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, ada kemungkinan aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem produksi justru akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi proses terbentuknya kurva belajar.
5. Karakteristik Dasar Just In Time (JIT)
Hansen & Mowen (2005:479) menyatakan ada beberapa karakteristik dasar Just In Time (JIT):
a) Tata letak pabrik
Just In Time (JIT) mengganti tata letak pabrik tradisional ini dengan suatu pola sel manufaktur. Sel manufaktur terdiri dari mesin-mesin yang dikelompokkan dalam kumpulan, biasanya dalam bentuk setengah lingkaran. Mesin-mesin diatur sehingga mereka dapat digunakan untuk melakukan berbagai operasi secara berurutan. Tiap sel dipersiapkan untuk menghasilkan produk atau kumpulan produk tertentu. Produk dipindah dari satu mesin ke yang lainnya dari awal hingga selesai. Para pekerja ditugaskan pada sel-sel dan dilatih untuk mengoperasikan semua mesin dalam sel.
b) Pengelompokkan dan pemberdayaan karyawan
Pelatihan pekerja sel untuk melakukan tugas-tugas ganda juga memiliki pengaruh pada relokasi dukungan pelayanan pada sel. Sebagai 8 tambahan dari pekerjaan produksi langsung, para pekerja sel dapat melakukan tugas persiapan, memindahkan barang setengah jadi dari bagian ke bagian lain dalam sel, melakukan perawatan pencegahan dan perbaikan kecil, melakukan inspeksi kualitas, dan melakukan tugas pembersihan. Kemampuan multitugas ini secara langsung berhubungan pada pendekatan tarikan melalui produksi.
c) Total quality control
Just In Time (JIT) perlu memberikan tekanan yang lebih kuat pada pengelolaan kualitas. Total quality control pada intinya adalah suatu pengerjaan tanpa henti untuk suatu kualitas sempurna, usaha untuk mendapatkan suatu desain produk dan proses manufaktur tanpa cacat.
d) Ketelusuran biaya overhead
Suatu sistem pembiayaan menggunakan tiga metode untuk membebankan biaya pada produk individual: penelusuran langsung, penelusuran penggerak, dan alokasi. Dari ketiga metode, penelusuran langsung adalah yang paling akurat dan, sehingga, lebih disukai daripada dua metode lainnya.
e) Pengaruh persediaan
Just In Time (JIT) umumnya menurunkan persediaan hingga tingkat yang sangat rendah. Pencapaian terhadap tingkat yang tidak signifikan dari persediaan adalah vital bagi kesuksesan Just In Time. Just In Time (JIT) menolak untuk menggunakan persediaan sebagai solusi dari masalah-masalah ini. Bahkan, persediaan tidak hanya dipandang sebagai pemborosan namun sebagai sesuatu yang langsung berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk bersaing. Definisi Sistem Pembelian Just In Time (Just In Time Purchasing).Menurut Hansen & Mowen (2005:477), konsep pembelian JIT (Just In Time Purchasing) yang mensyaratkan para pemasok untuk mengirimkan suku cadang dan bahan baku tepat pada waktunya untuk produksi. Sistem pembelian Just In Time (JIT) merupakan bagian yang sangat kritis dalam keseluruhan sistem Just In Time (JIT) karena melibatkan pihak luar, yaitu pemasok (Agustina, dkk., 2007).
Pembelian Just In Time (JIT) dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara sebagai berikut (Agustina, dkk., 2007) :
a) Mengurangi jumlah pemasok, sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pemasok.
b) Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi melalui kontrak jangka panjang dengan pemasok, menyangkut persyaratan pembelian, kualitas bahan dan harga yang wajar.
c) Memiliki pembeli atau konsumen dengan program pembelian yang mapan. Rencana pembelian yang mapan oleh pembeli atau konsumen, dapat memberikan informasi bagi pemasok mengenai persyaratan kualitas bahan dan saat penyerahan dengan tenggang waktu tertentu sesuai rencana produksi.
d) Mengeliminasi dan mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak menambah nilai bagi produk, seperti kegiatan dan biaya penyimpanan atau biaya pemindahan bahan dari gudang ke pabrik.
e) Mengurangi waktu dan biaya program pemeriksaan kualitas. Pemilihan pemasok yang dapat menjamin ketepatan waktu, jumlah dan kualitas barang yang dibeli dapat mengurangi waktu dan biaya pemeriksaan.
10
Aspek-aspek yang dapat dibandingkan antara sistem pembelian konvensional dengan sistem pembelian Just In Time (JIT) terdapat dalam tabel berikut (Narsa:1999)
3.1 Definisi Akuntansi
Secara umum akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang digunakan untuk mengubah data dari transaksi menjadi informasi keuangan. Proses akuntansi meliputi kegiatan mengidentifikasi, mencatat, dan menafsirkan, mengomunikasikan peristiwa ekonomi dari sebuah organisasi kepada pemakai informasinya. Proses akuntansi menghasilkan informasi keuangan. Semua proses tersebut diselenggarakan secara tertulis dan berdasarkan bukti transaksi yang juga harus tertulis [1].
3.2 Kode Rekening (Chart Of Account)
Kode rekening memainkan peranan yang besar dalam proses penyusunan laporan keuangan, karena kode rekening mengkategorikan setiap rekening. Selain itu, kode rekening juga berguna dalam memberikan referensi untuk memudahkan cross check dalam pencatatan [2].
3.3 Siklus Akuntansi
Proses akuntansi adalah proses pengolahan data sejak terjadinya transaksi, kemudian transaksi ini memiliki bukti yang sah sebagai dasar terjadinya transaksi kemudian berdasarkan data atau bukti ini maka di input ke proses pengolahan data sehingga menghasilkan output berupa informasi laporan keuangan. Akuntansi dalam proses pengolahan datanya menggunakan arus, siklus atau proses akuntansi yang dimulai dari transaksi sampai pada tahap pelaporan. Siklus akuntansi atau disebut juga proses akuntansi konvensional [3].
3.4 Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengelola bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual barang jadi tersebut. Perusahaan pabrik (manufacturing firm) adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual barang jadi tersebut. Kegiatan khusus dalam perusahaan pabrik adalah pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang disebut proses produksi.  
2.5 Metode Just in Time
JIT adalah suatu filosofi bisnis yang khusus membahas bagaimana mengurangi waktu produksi sekaligus mengurangi kegagalan produksi baik dalam proses manufaktur maupun proses non-manufaktur. Istilah lain untuk JIT adalah short-cycle atau lean manufacturing. JIT merupakan suatu sistem komprehensif berkenaan dengan persediaan pengendalian manufaktur dalam hal pembelian material (bahan baku) dan pembuatan produk (proses produksi) dilakukan sampai waktu yang dibutuhkan. Dalam konsep JIT, pengelolaan persediaan mengarah pada tingkat biaya yang paling rendah, bahkan tingkat efisiensinya mendekati 100%. Ini disebabkan karena tujuan konsep JIT dalam proses produksi adalah mengeliminasi tingkat persediaan pada setiap tahap proses produksi sejak bahan baku sampai dengan barang jadi tidak ada penumpukan di dalam gudang.
2.6 Biaya Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan saling berhubungan yang dapat mengubah bentuk bahan Baku menjadi barang jadi atau barang jadi dengan bantuan tenaga kerja dan fasilitas pabrik. Jenis arus produksi yang dipakai adalah arus produk yang berurutan dan masing-masing department.








II. Review Jurnal
1.             Jurnal : teknik industri
Judul : PERBAIKAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN JUST IN TIME KOMPONEN PRODUK MAIN FLOOR SIDE LH PADA PT GAYA MOTOR
Volume & Halaman :  Vol.14 & Hal. 66-77
Tahun : 2015
Penulis :  Bella Suciana Istiqomah1, Iveline Anne Marie 2
Reviewer : Dimas Dwi Aryadi (32413488)
Tanggal : 29 Oktober 2015
Latar belakang : Perusahaan menggunakan sistem produksi just in time, dimana sistem produksi seperti ini mengharuskan perusahaan untuk memiliki sistem pengendalian persediaan yang adaptif terhadap laju permintaan, agar tidak terjadi stock out ataupun kelebihan bahan baku. Persediaan yang optimal adalah persediaan yang menjamin tersedianya sumber daya pada waktu dan jumlah yang tepat, serta dengan pengalokasian biaya total persediaan yang minimum.
Saat ini, perusahaan menggunakan metode kanban supplier dalam siste persediaan. Metode kanban supplier merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mencapai kondisi just in time pada persediaan, karena pada metode ini pemesanan dilakukan sejumlah kartu kanban yang telah terpakai. Kondisi aktual di gudang bahan baku tidak menunjukkan kondisi just in time, karena terjadi penumpukan bahan baku di gudang. Penumpukan bahan baku disebabkan karena kesalahan perhitungan jumlah kartu kanban yang beredar, yang disebabkan adanya penambahan konstanta terkait sifat perusahaan yang bukan pengambil resiko dan adanya safety stock tambahan diluar kanban sebesar 0,5 hari untuk setiap bahan baku. Penumpukan bahan baku juga diperburuk dengan terjadinya kesalahan prosedur pengambilan kanban yang membuat pengadaan terhadap bahan baku berlebih.
Terjadinya kesalahan pada kontrol keadaan persediaan saat ini memberikan dampak adanya penumpukan sejumlah bahan baku di gudang. Investasi bahan baku dalam persediaan mengakibatkan adanya nilai uang yang terkait dalam bentuk persediaan (Venkatesh, dkk., 1996). Hal ini menimbulkan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan, yaitu biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya pengaman. Pengalokasian persediaan yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan memperbesar penyusutan karena rusak, sehingga berpengaruh terhadap kualitas barang jadi yang dihasilkan.
Tujuan Penelitian : tujuan utama Penelitian ini melakukan evaluasi terhadap sistem pengendalian persediaan perusahaan saat ini dan mengusulkan sistem pengendalian persediaan untuk meminimasi biaya persediaan dengan membandingkan sistem persediaan perusahaan saat ini dengan sistem persediaan usulan.
Subjek penelitian : Pengamatan dilakukan dengan cara observasi langsung ke PT. Gaya Motor dan melakukan wawancara dengan pihak pihak terkait untuk mendukung orisinalitas data. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi langsung ke gudang bahan baku Daihatsu dan office logistic. Data pengamatan yang dilakukan pengolahan adalah data bulan Januari 2014 sampai dengan Maret 2014. Adapun data-data yang dibutuhkan adalah demand produk, BOM produk, lead time order, quantity perkanban, biaya pesan, biaya simpan, dan biaya pembelian.
Metode penelitian : metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain metode kanban supplier secara teoritis dan menggunakan metode two bin replenishment untuk menentukan jumlah persediaan. Adapun untuk perhitungan biaya persediaan, dilakukan dengan menggunakan metode continuous review dan metode periodic review. metode kanban supplier dan metode two bin replenishment untuk analisis kondisi persediaan dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari perhitungan. Adapun analisis dengan metode continuous review dan periodic review, dilakukan untuk menghitung biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan. usulan perbaikan pada kedua metode persediaan yang dapat diterapkan perusahaan, yaitu metode kanban supplier dan metode two bin replenishment.
Hasil penelitian  : Permintaan produk yang digunakan adalah periode Januari 2014 sampai dengan Maret 2014. Dari total jumlah permintaan produk perbulan dapat dicari jumlah kebutuhan bahan baku part penyusun produk per bulan. Tabel 1 menunjukkan jenis part yang membentuk produk main floor side lh. Tiap jenis main floor side lh memiliki susunan kebutuhan part yang berbeda-beda bergantung dari jenis mobilnya. Setelah dilakukan pemerataan dari demand per bulan maka didapatkan jumlah kebutuhan bahan baku per bulan.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Permasalahan yang terjadi di perusahaan adalah penumpukan bahan baku yang
diakibatkan dari kesalahan perhitungan jumlah kartu kanban supplier, alokasi safety stock ekstra diluar kanban sebesar 0,5 hari (8 jam) yang tidak tepat guna dan kesalahan prosedur pengambilan material yang menyebabkan pengadaan bahan baku tidak pada waktunya. Dari perhitungan kanban supplier perusahaan saat ini didapatkan jumlah kartu kanban sebesar 253 buah dengan total biaya persediaan sebesar Rp 318.861.462,00.
2. Metode persedian kanban supplier teoritis dihitung dengan 5 kondisi safety stock kanban, yaitu safety stock kanban 0,5 hari, 0,4 hari, 0,3 hari, 0,2 hari dan 0,1 hari. Kodisi terbaik dicapai pada perhitungan kanban supplier teoritis dengan safety stock 0,1 hari yaitu dengan jumlah kartu kanban sebanyak 146 buah dengan total biaya persediaan sebesar Rp 158.703.378,00. Usulan pembuatan prosedur pengambilan material dan optimalisasi design rak kanban dibuat untuk mendukung kelancaran prosedur metode persediaan kanban. Dari optimalisasi design rak yang diusulkan akan didapatkan reducing area bahan baku sebesar 28% dan kapasitas rak bertambah sebesar 35 % dari design rak sebelumnya.
3. Metode persediaan two bin replenishment terpilih sebagai metode terbaik bagi
perusahaan, dengan total biaya persediaan sebesar Rp 98.497.214,00, yang mengusung konsep sistem persediaan just in time yang cocok dengan konsep perusahaan saat ini. Penggunaan sistem dua buah bin dengan quantity bin yang disesuaikan dengan penggunaan bahan baku pada periode tersebut membuat jumlah bahan baku yang disimpan hanya sebesar satu buah bin atau sebesar kebutuhan bahan baku selama satu shift. Untuk kelancaran prosedur pengambilan bahan baku dan proses replenishment maka diusulkan pembuatan rak untuk metode two bin replenishment, yaitu dengan optimalisasi penggunaan rak kanban perusahaan saat ini dengan penambahan panjang sebesar 50 cm dan penambahan
fungsi roll dengan sudut kemiringan 5 derajat.
Kelebihan penelitian : kelebihan dari penelitian yang dilakukan ini yaitu ada metode terbaik yang dapat digunakan perusahaan sehingga memperlancar proses  pengambilan bahan baku yang ada. Optimalisasi dari metode ini pada penggunaan rak kanban dengan penambahan panjang dan fungsi roll.
Kelemahan penelitian : kelemahan dari penelitian yang dilakukan ini metode yang digunakan terlalu banyak sehingga ada pendekatan-pendekatan yang seharusnya tidak perlu dilakukan dan dapat dilakukan dengan metode yang terbaik

2.             Jurnal : teknik industri
Judul : PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU PADA PRODUK SUSU RASA DENGAN PENDEKATAN METODE JUST IN TIME (Studi Kasus Pada Agen Susu LIOE)
Volume & Halaman : 
Tahun : 2013
Penulis :  Faris Husnanto1* Panji Deoranto2 Shyntia Atica Putri2
Reviewer : Dimas Dwi Aryadi (32413488)
Tanggal : 29 Oktober 2015
Latar belakang :
Sistem produksi memiliki beberapa komponen yang berperan penting dalam menunjang proses operasional suatu industri. Menurut (Asay, 2003) komponen yang menunjang adalah dana, bahan baku, mesin peralatan, tenaga kerja, dan metode produksi yang digunakan. Kelima input komponen tersebut jika diolah dengan baik akan menghasilkan output atau produk yang diinginkan. Bahan baku merupakan salah satu komponen penting dalam sistem produksi. Bahan baku yang digunakan dalam produksi memerlukan besar kecilnya perancanaan persediaan dan pengendalian mutu yang baik agar bahan baku tersebut tidak terbuang (scrap) (Blocher, 2007). Agen susu Lioe merupakan salah satu produsen yang menjual produk olahan susu sapi segar mulai tahun 1950. Susu yang diproduksi Lioe adalah susu murni dan susu rasa. Perencanaan persediaan bahan baku yang tepat adalah konsep pendekatan menggunakan metode Just In Time (JIT). JIT adalah suatu pendekatan untuk menemukan cara menghilangkan pemborosan dalam memproduksi item yang dibutuhkan dalam jumlah yang cermat.
Tujuan Penelitian : perencanaan persedian bahan baku dan besar biaya perencanaan susu sapi segar pada produk susu rasa dengan pendekatan metode Just In Time (JIT) sebagai perbandingan dengan metode yang dilakukan oleh perusahaan. Manfaat dari penelitian adalah penelitian dapat memberikan manfaat bagi pihak perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam menentukan kebijaksanaan perencanaan persediaaan bahan baku utama yaitu susu sapi segar yang digunakan pada produk susu rasa.
Subjek penelitian : Agen susu LIOE mulai memproduksi produk olahan dari susu (susu segar dan susu rasa) mulai tahun 1950. Kondisi pada tahun 1950 hingga tahun 1993 Agen susu LIOE mempunyai peternakan sapi untuk memenuhi kebutuhan produksi produk susu yang dihasilkan. Menurunnya permintaan produk olahan dari susu yang dihasilkan agen susu LIOE ini mengakibatkan ditutupnya peternakan sapi agen tersebut dan pada tahun 1994 hingga sekarang agen susu LIOE melakukan pemesanan susu sapi segar pada peternak susu untuk memenuhi kebutuhan konsumen
Kapasitas produksi pada Agen susu LIOE adalah 10.000 liter susu sapi segar untuk memproduksi susu segar dan susu rasa. Kapasitas produksi susu rasa menggunakan susu sapi segar sebanyak 2100 liter. Pada Agen susu LIOE belum menerapkan sistem manajemen perencanaan dan persediaan bahan baku dalam mengelola produksi susu rasa. Belum diterapkannya manajemen perencanaan persediaan bahan baku mengakibatkan produk susu rasa harus diproses kembali untuk dijadikan minuman, karena umur dari produk susu rasa pada Agen susu LIOE adalah 2 hari.  Bahan yang digunakan pada penelitian kali ini adalah data historis perusahaan mulai bulan Januari 2011 – November 2012, harga susu sapi tetap, gaji tenaga kerja, pemakaian listrik yang digunakan, kapasitas alat angkut, dan adanya kontrak jangka panjang antara pemasok dengan perusahaan.  kebutuhan bahan baku untuk bulan Desember 2012 – November 2013 menggunakan data historis bulan Januari 2011 – Noember 2012.

Metode penelitian : Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah perencanaan persediaan bahan baku menggunakan pendekatan metode Just In Time .
kesimpulan penelitian  : Perencanaan dan persediaan bahan baku susu sapi menggunakan metode pendeketan JIT dapat disimpulakan sebagai berikut :
1. Perencanaan persediaan bahan baku yang didapatkan dengan metode pendekatan Just In Time sebesar jumlah aktual untuk 12 bulan mulai Desember 2012 – November 2013 adalah 19.291 liter dengan rata-rata tiap bulan 1.608 liter dan rata-rata tiap hari membutuhkan 54 liter
2. Perhitungan yang didapatkan dari metode JIT dengan rincian untuk perencanaan persediaan pada bulan Desember 2012 – November 2013 untuk biaya pesan didapatkan Rp. 26.400, 00; biaya simpan 20.349.242, 00; biaya pembelian Rp 77.852.000, 00 dan total cost sebesar Rp. 98.227.824, 00
3. Jumlah total biaya perencanaan persediaan bahan baku yang dilakukan antara metode JIT dan metode perusahaan didapatkan penghematan dalam perhitungan JIT sebesar 7,79 %, dengan biaya JIT sebesar Rp. 98.227.824, 00 dan biaya metode perusahaan Rp. 106.522.224, 00.

Hasil penelitian  : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan perencanaan persediaan bahan baku dengan metode yang digunakan oleh Agen susu LIOE dan pendekatan metode Just In Time. Peneletian ini dilakukan pada bahan baku susu sapi segar pada produk susu rasa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Just In Time akan menurunkan biaya yang digunakan untuk perencanaan persediaan bahan baku untuk produk susu rasa sebesar 7.79 %.
Kelebihan penelitian : kelebihan penelitian yang dilakukan ini dengan metode just in time dapat menurunkan biaya agen susu untuk perencanaan persediaan bahan baku produk susu. Optimalisasi dari pendekatan metode just in time ini didapatkan penghematan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Kelemahan penelitian : kelemahan penelitian yang dilakukan ini metode yang dilakukan menggunakan data yang dikumpulkan hanya beberapa sampel sehingga penghematan oleh agen tersebut kurang efisien.

3.             Jurnal : teknik industri
Judul : APLIKASI PENCATATAN PRODUKSI PAKAIAN MENGGUNAKAN
METODE JUST IN TIME
Volume & Halaman : 
Tahun : 2013
Penulis :  Dia Mutiara, Asti Widayanti, S.Si.,M.T. ,Cecep Ruddi Kusnadi S, S.T.
Reviewer : Dimas Dwi Aryadi (32413488)
Tanggal : 23 Oktober 2015
Latar belakang : Semakin pesatnya perkembangan tingkat kebutuhan setiap individu mengakibatkan sebagian masyarakat yang berlaku sebagai konsumen memiliki banyak sekali kebutuhan dalam bidang sandang tentunya. Dengan perkembangan kegiatan industri manufaktur, memungkinkan para pengusaha untuk memanfaatkan kegiatan produksi sebuah kebutuhan sandang. Sehingga kebutuhan sandang dapat terpenuhi dengan adanya kegiatan produksi bahan sandang. Namun, pada kenyataannya, masyarakat banyak sekali yang belum puas dengan hasil produksi sandang, dengan alasan karena tingkat konsumsi mereka setiap hari yang semakin meningkat. Oleh sebab itu, para pengusaha produksi bahan sandang harus lebih bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pangan para konsumen setiap harinya. Dalam era kompetisi global seperti sekarang ini telah terjadi pergolakan dalam setiap aktivitas bisnis, perdagangan, dan industri. Disamping itu, adanya kecenderungan lingkungan yang semakin berubah, yaitu teknologi maju dengan pesat, daur hidup produk semakin pendek, kerumitan produksi semakin meningkat, standar kualitas yang dibutuhkan oleh konsumen semakin meningkat. Salah satu yang terpengaruh dengan adanya perubahan lingkungan tersebut adalah proses produksi, yaitu otomatisasi pabrikasi. Dengan memanfaatkan proses otomatisasi pabrikasi, perusahaan lebih dapat bersaing di pasar global untuk meningkatkan penjualan hasil produksi.


Subjek penelitian : CV HOKI Bandung merupakan industri yang memproduksi bahan sandang yaitu pakaian, yang terletak di Jalan Surapati No. 84 B, Bandung. Perusahaan ini melakukan beberapa kegiatan inovasi untuk menarik minat konsumen, salah satunya adalah membuat berbagai macam pakaian dengan berbagai model. Dengan adanya perkembangan inovasi yang dilakukan maka perusahaan ini bersaing ketat dengan beberapa perusahaan yang bergerak dibidang yang sama yaitu pakaian. Sejak awal berdiri, CV Hoki melakukan perhitungan pencatatan produksi secara manual. Hal ini dapat dilakukan dengan baik selama petugas yang bekerja selalu teliti dalam melakukan perhitungan serta disiplin dalam penyimpanan berkas transaksi. Namun, masalah muncul pada saat berkas yang disimpan terlalu banyak dan menghambat proses perhitungan setiap bulannya dikarenakan harus mencari satu persatu berkas yang telah disimpan sebelumnya. Selain itu tidak ada pelaporan akuntansi disetiap transaksi yang dilakukan mengakibatkan pemilik tidak bisa melakukan pengecekan keuangan setiap bulannya. Hal ini menjadi masalah yang semakin rumit seiring berjalannya skala bisnis yang berjalan di CV Hoki Bandung.

Metode penelitian : Metode just in time merupakan metode yang tepat digunakan untuk pencatatan biaya produksi pada perusahaan manufaktur seperti CV Hoki, karena perusahaan dapat mengetahui analisis biaya produksi yang dikeluarkan untuk setiap produk yang telah diproduksi setiap bulannya melalui analisis aktifitas dan dapat menghasilkan pelaporan akutansi yang akurat dan terperinci serta data yang nantinya dibutuhkan telah disimpan dengan baik di database perusahaan. Kelebihan metode Just in Time adalah menghilangkan pemborosan dengan memproduksi suatu produk hanya dalam kuantitas yang diminta pelanggan, persediaan kecil kemungkinan persediaan nol (tidak ada). Perancangan aplikasi pencatatan produksi dengan menggunakan metode Just in Time dengan harapan dapat membantu perhitungan dan pelaporan kegiatan produksi pada perusahaan manufaktur, CV Hoki Bandung.


Kesimpulan penelitian  :
Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan terhadap masalah dalam proyek akhir adalah sebagai berikut.
a. Aplikasi ini dapat menghasilkan biaya-biaya yang termasuk kedalam biaya produksi sehingga perhitungan biaya produksi sesuai dengan klasifikasinya masing-masing,
b. Aplikasi web ini dibuat untuk menjadikan proses bisnis di Hoki Bandung menjadi terkomputerisasi guna mempermudah pekerjaan pegawai untuk mengetahui perhitungan biaya produksi berdasarkan metode jit dan tradisional;
c. Aplikasi ini menghasilkan catatan akutansi berupa jurnal, buku besar, laporan biaya produksi sehingga dapat mengefisiensi waktu dalam pembuatan laporan dan menghasilkan data lebih akurat. Aplikasi ini dapat menampilkan perbandingan biaya produksi dengan menggunakan metode jit dan tradisional.

Hasil penelitian  :
 Pencatatan produksi dalam sebuah perusahaan manufaktur merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan proses bisinis di perusahaan tersebut. Hal ini menjadi sangat penting karena dari pencatatan itulah dapat diketahui perhitungan biaya produksi dari masing-masing produk yang dihasilkan. Namun terjadi banyak kesulitan dalam menjalankan proses bisinis di perusahaan manufaktur apabila pelaporan dan perhitungan yang dilakukan secara manual atau tidak terkomputerisasi. Aplikasi ini dibangun dengan latar belakang sulitnya perhitungan pencatatan produksi untuk masing-masing produk sesuai dengan klasifikasi yang dilakukan pada saat kegiatan produksi. Pencatatan produksi yang diteraapkan pada aplikasi ini menggunakan metode just in time. Pada aplikasi ini dikembangkan menggunakan metode Software Development Cycle (SDLC) atau disebut juga siklus pengembangan perangkat lunak menggunakan pendekatan model waterfall atau air terjun. Aplikasi ini dibangun menggunakan bahasa pemograman PHP dengan basis data MySQL. Aplikasi ini dibangun untuk membandingkan biaya produksi metode just in time dengan tradisional costing, serta menghasilkan catatan akutansi berupa jurnal dan buku besar.
Kelebihan penelitian : kelebihan penelitian yang dilakukan ini, penggunaan metode just in time pada aplikasi yang dikembangkan untuk membandingkan biaya produksi dengan metode tradisional costing yang menghasilkan catatan berupa arsip akuntansi.
Kelemahan penelitian : kelemahan penelitian yang dilakukan ini, perusahaan ini harus beralih dari pencatatan tradisional yang manual dan beralih ke pengaplikasian web yang sudah dikembangkan sehingga perlu pelatihan kepada pegawai dan membutuhkan peralatan yang memadai yang memakan biaya lebih.
III.       Kesimpulan.
Kesimpulan yang didapat dari review jurnal dengan tema just in time ini didapatkan bahwa. Metode just in time digunakan untuk menyelesaikan permasalah yang ada di industri baik manufaktur maupun jasa. Metode just in time dapat digunakan untuk perbandingan dalam sebuah pendekatan yang ada. Jurnal penelitian yang ada memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang dapat diperbaiki lagi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.










Daftar Pustaka


Posted on by Samid | 1 comment